Pengertian
kala III
Disebut juga kala uri atau kala pengeluaran
plasenta. Kala III persalinan merupakan kelanjutan dari kala I ( pembukaan )
dan kala II ( pengeluaran ) persalinan.
Fisiologi Kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus ( miometrium ) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempa perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan menjadi semakin mengecil, sementara ukuran palsenta tidak berubah,
maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian terlepas dari dinding uterus.
Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Dengan lahirnya bayi, volume intra uterine menurun secara
drastis ( dari 4 L sebelum persalinan menjadi 0,5 L ) menyebabkan uterus
menjadi lebih kecil. Hal ini ini disertai dengan pengecilan daerah plasenta (
dari diameter 20 cm menjadi kira-kira 7,5 cm ). Kontraksi dan retraksi
mometrium terus berlanjut seperti pada kala I dan II. Tekanan Intrauterin
meningkat, dari 100 mmHg pada kala II menjadi 140 mmHg pada kala III. Plasenta
mengalami kompresi, yang :
1.
Mendorong
aliran darah dari plasenta ke bayi ( bila tali pusat tidak di klem dan masih
utuh) mengakibatkan penebalan dinding palsenta, dan
2.
Mendorong
aliran darah di rongga intervili kembali ke vena yang berada di lapisan
spongiosa desidua basalis. Namun, daerah tersebut tidak dapat kembali ke
peredaran darah ibu karena adanya kontraksi serat miometrium. Tekanan dalam
pembuluh darah meningkat, menyebabkan kongesti dan penekanan pembuluh darah.
Mekanisme
pelepasan Plasenta
Kontraksi rahim akan
mengurangi area uri, karena rahim bertambah tebal beberapa sentimeter.
Kontraksi- kontraksi tadi menyebabkan bagian yang longgar dan lemah dari uri
pada dinding rahim; bagian ini akan
terlepas, mula- mula sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal bebas dalam
kavum uteri. Kadang- kadang ada sebagian kecil uri yang masih melekat pada
dinding rahim. Proses pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan
darah dibelakang uri akan membantu pelepasan uri ini. Bila pelepasan sudah
komplit, maka kontraksi rahim mendorong uri yang sudah terlepas ke SBR, lalu ke
vagina dan kemudian dilahirkan.
Selaput ketuban pun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi
rahim, sebagian waktu keluarnya uri. Di tempat- tempat yang lepas terjadi
perdarahan antara uteri dan desidua basalis, disebut retro plasenter hematoma.
Menurut penelitian radiografi yang dilakukan oleh brandt
( 1993 ) menunjukkan bahwa plasenta terlepas dalam waktu 3 menit. Waktu
tersebut diperlukan untuk penurunan dan pengeluaran plasenta serta selaput ketuban
yang bervariasi untuk setiap individu, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
postur tubuh.
Tanda pelepasan dan penurunan plasenta dan penurunan plasenta
:
Hal- hal berikut
ini, tidak mutlak dan dapat terjadi karena alasan lain :
Ø Perdarahan :
30-60 ml darah dapat keluar dari vagina ( hal ini juga dapat terjadi akibat
pelepasan plasenta parsial, meskipun perdarahan sering kali lebih banyak atau
akibat laserasi )
Ø Pemanjangan
tali pusat : Hal ini terjadi karena penurunan plasenta, tetapi dapat juga
terjadi bila tali pusat bergulung dan kemudian melurus
Ø Uterus
membulat, mengeras, meninggi, mobile dan
terasa melenting: hal ini dikaji dengan mempalpasi fundus; palpasi ini harus
dilakukan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan kontraksi yang tidak
teratur, mengakibatkan pelepasan sebagian plasenta dan selaput ketuban, dan
perdarahan hebat. Fundus dapat teraba di bawah umbilikalis, dan teraba lebih
lebar, sampai plasenta terlepas dan turun ke bagian bawah uterus. Tinggi
fundus bertambah, biasanya di atas
umbilikalis, dengan fundus yang menyempit.
Fase pada Kala III :
1.
Fase pelepasan Uri
SCHULTZE
Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini yang paling sering terjadi (
80 % ). Yang lepas duluan adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental
hematoman yang menolak uri mula-mula bagian tengah,kemudian seluruhnya. Menurut
cara ini, perdarahan biasanya tidak sebelum uri lahir dan banyak setelah uri
lahir.
DUNCAN
Lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan
( 20%). Darah akan mengalir keluar antara
selaput ketuban.
Serempak dari tengah dan pinggir
plasenta.
Pengawasan
perdarahan
Darah
yang keluar harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan
biasa disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan robekan pada serviks dan
perineum. Rata- rata dalam batas normal, jumlah perdarahan 250 – 300 cc.bila
perdarahan lebih dari 500 cc sudah dianggap abnormal; harus dicari penyebabnya. Pengawasan perdarahan dilakukan selama 2 jam
setelah palsenta lahir, setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit
pada 1 jam berikutnya.
MANAJEMEN AKTIF KALA III
Manajemen persalinan kala tiga terdiri atas intervensi yang direncanakan
untuk mempercepat pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi rahim dan
untuk mencegah PPP dengan menghindari
atonia uteri.
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis.
Komponen/langkah utama
manajemen aktif kala 3 adalah :
1) Memberikan obat uterotonika (untuk kontraksi
rahim) dalam waktu satu menit setelah kelahiran bayi
2) Melakukan penegangan
tali pusat terkendali sambil secara bersamaan melakukan tekanan terhadap rahim
melalui perut
3) Setelah pelepasan
plasenta, memasase fundus uteri juga dapat membantu kontraksi untuk mengurangi
perdarahan.
Manajemen aktif persalinan
kala tiga biasa dilakukan di Inggris, Australia, dan beberapa negara lain.
Sedangkan penelitian prevention of postpartum hemorrhage Intervention-2006
tentang praktek manajemen aktif kala tiga (Active Management Of Third Stage Of
Labor/AMTSL ) di 20 rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa hanya 30% rumah
sakit melaksanakan hal tsb. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan
praktek manajemen aktif di tingkat pelayanan kesehatan primer (BPS atau Rumah
Bersalin) di daerah intervensi APN (Kabupaten Kuningan dan Cirebon) dimana
sekitar 70% melaksanakan manajemen aktif kala 3 bagi ibu-ibu bersalin yang
ditangani.
Keuntungan-keuntungan
manajemen aktif kala 3:
- Persalinan kala 3 yang lebih singkat
- Mengurangi jumlah kehilangan darah
- Mengurangi kejadian retensio plasenta
Pemberian Suntikan
Oksitosin
Pemberian oksitosin dalam 1 menit
pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis). Oksitosin
merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga
dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah. Aspirasi
sebelum penyuntikan akan mencegah penyuntikan oksitosin ke pembuluh darah.
Jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi puting
susu atau menganjurkan ibu untuk menyusukan bayinya sesegera mungkin. Ini akan
menyebabkan pelepasan oksitosin secara alamiah. Jika peraturan/program
kesehatan memungkinkan, dapat diberikan misoprostol 600 mcg (oral/sublingual)
sebagai pengganti oksitosin.
Penegangan Tali Pusat
Terkendali
Dimulai pada saat kontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan
tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri
bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
Jika plasenta tidak turun
setelah 30-40 detik dimulainya peregangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda
yang menunjukan lepasnya plasenta, jangan teruskan peregangan tali pusat.
Segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan
mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
Jangan melakukan peregangan
tali pusat tanpa diikuti dengan tekanan dorso-kranial secara serentak pada
bagian bawah uterus (di atas simfisis pubis).
Rangsangan taktil (masase)
fundus uteri
Dilakukan segera setelah
plasenta lahir. Cara melakukannya dengan menggerakan tangan memutar pada fundus
uteri supaya uterus berkontraksi.
Jika uterus belum
berkontraksi dengan baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan
keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui
jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar